Sudah lama aku mengurung diri dengan segala kesibukan. Sibuk dengan
pekerjaan dan tugas yang menjadi bebanku. Sepanjang menjalankan
pekerjaan dan tugasku, aku hanya menjalankannya sampai agar selesai dan
dipandang baik. Aku melakukannya tanpa mengambil bagian penting yang
mendasari aku menjalankan semuanya. Dan sekarang, aku kehilangan empati
dan simpati.
Aku tahu sebabnya. Aku sadar kerugian yang aku tanggung dengan sikapku ini. Tapi apakah perubahan harus aku lakukan segera?
Posisiku sekarang tak mengharuskanku memperbaiki ini semua. Pekerjaankupun tidak.
Dalam
tekanan yang ada dalam hidupku saat ini tak ada gunanya memfokuskan
diri menjaga moral dan menjaga perasaan. Toh, para pemimpinku masih saja
menjaga kesimpangsiuran ketegasan dan arah kegiatan. Apalagi peraturan
dan kebijakan yang ada membuatnya makin kacau. Belum lagi, iklim politik
semakin membuatnya tidak jelas.
Aku. Aku adalah seorang workaholic. Orang lain boleh pulang tepat waktu. Tapi aku, tidak.
Memang
terkadang ada rasa iri ketika melihat barisan rekan-rekan yang lain
saat jam pulang. Tapi sering sambil melihat mereka, muncul pertanyaan
"apakah ini sebanding?".
Bukan hanya masalah waktu. Terkadang muncul pula benih-benih disintegritas. Namun masih bisa aku redam hingga kini.
Mungkin
benih-benih ini muncul akibat dendam yang tanpa kusadari menyala dalam
diriku. Empati dan simpati telah lama tak kudengar untukku dan
institusiku.
Aku? Ya.
Aku tak perlu menceritakan semua kan?
Siapa aku pun tak perlu kalian cari. Aku tak punya andil apa-apa dalam hidup kalian.
Institusi? Ah, sudahlah. Ini cuma pencitraanku saja.
Ini
adalah tentang aku dan kemuakanku. Tak ada yang lain selain kebencian.
Semua hal yang membentukku. Menjadi senjataku sebagai seorang tim
pemburu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar